Minggu, 16 Mei 2010

SRI : SEORANG KSATRIA


HILANGNYA DHARMA KSYATRIYA & PINANDITA (Eps 3, OMAH JOGLO, KI AGENG GIRING, 24 April 2010)
Bagikan
24 April 2010 jam 7:44
"Klabang iku wisane ana ing sirah, kalajengking iku wisane mung ana pucuk buntut. Yen ula mung dumunung ana ula kang duwe wisa. Nanging yen manungsa wisane dumunung anan ing sekujur polahe badan lan jiwane."

Jika dalam bahasan Indonesia sebagai berikut "Racun kelabang itu ada dikepala. Racun kalajengking hanya di pucuk ekor. Racun ular hanya ada pada ular yang berbisa. Sedang manusia racunnya terletak pada seluruh perilaku badan dan jiwanya." Penggalan syair ini mengingatkan sebuah karya sastra Jawa Kuno yang di sadur oleh Yoso dipuro yang kemudian di teruskan oleh Ronggo Warsito dalam kitab Jaya Baya yang sekaligus memberikan nasehat kepada masyarakat modern saat ini.

Sekali lagi dalam penggalan syair "Sing bisa gawe mendem iku : 1) rupa endah, 2) bandha, 3) drajat, pangkat lan pikat, 4). Kamulyan lan karahayon sarta 5) Daharan sarta unjukan tanpa duga."
atau alihan bahasa berbunyi "Yang membuat mabuk hingga hilang kesadaran itu 1. Wujud keindahan dunia. 2. Harta Benda 3. Drajat, jabatan dan karir sebagai kehormatan serta harga diri sebuah jati diri yang di perjuangkan. 4. Perilaku Sok Suci dan Mulia yang berlebihan dalam keyakinan dan kepercayaan di dalam hati. 5. Makanan dan Minuman yang memabukan."
http://www.youtube.com/watch?v=K-MrZ5BNzVg
http://www.youtube.com/watch?v=CYLB8_2Uvbo

Ternyata yang membuat mabuk itu tidak hanya miras dan judi tetapi segala perilaku yang berlebihan atas poin - poin di atas mampu membuat mabuk kepayang. Manusia harus menjual dirinya untuk memperoleh kehormatan, jodoh dan harta benda. Disinilah sebuah nasehat di lontarkan dalam serat Jawa Kuno itu.

Namun perubahan jaman kurang mendukung. Serat Jawa yang berisi tentang pengelolaan Sumber Daya Manusia dari Teologi-Teogoni, Kosmologi-kosmogoni, mitologi-mitogoni, ouikemene, biosfer dan global kebudayaan nusantara itu ikut tergusur. Perlu sebuah eksplorasi dan konservasi budaya untuk mengingatkan kesadaran memori kolektif itu yang sekaligus akan bertajuk membangun kesadaran kolektif.

Pada kenyataannya, secara empirik Tatanan etika global hingga detik ini belum mampu menjawab persoalan etika masyarakat dunia. Apa yang di perkenalkan hanyalah perwujudan trasendental yang berwujud aturan sistem, mekanisme, struktur, dll, yang bersumber menjadi manifisto nilai - nilai moral yang sekan - akan memaksa dan justru menindas sebuah kebebasan. Sebuah etika dan moral yang hanya membangunkan etos kerja secara tehnik dan mekanik. Seakan - akan umat manusia hanya seperti di hilangkan nilai organiknya dan di pandang sebagai bangunan mesin produksi.

Episode 3 dari Omah Joglo ini, bertujuan mewacanakan sebuah kritik dan evaluasi kritis tentang perubahan jaman yang semakin tidak seimbang. Kenyataan jaman ketika di dukung oleh kesadaran kolektif pragmatis yang sama dengan tidak tahu jati dirinya dan asal ikut budaya populer dan temporer itu hanyalah bangunan belenggu. Perlu sebuah kritik dan evaluasi sebagai kebutuhan dan sebagai sumbangan bagi dunia, ketika dunia sedang mencari keseimbangannya.

Di sini kami berharap kepada khayalak umum untuk menyaksikannya. Sebuah suguhan pertunjukan hangat penuh humor, jam 21.00 WIB, sabtu ini, tanggal 24 april 2010. Jangan lewatkan, siapa tahu kaweruh yang di sampaikan berguna bagi anda - anda sekalian yang sedang krisis dan disorientasi.......Salam SEHATI dan SEJIWA......MERDEKA !!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar